Rabu, 25 November 2009

Jejak Suci Goa Akbar, Tuban


Jejak Suci Goa Akbar, Tuban
Dari peristiwa alam, Goa Akbar kian kental nuansanya karena memiliki muatan sejarah perjalanan wali tanah Jawa selama syiar Islam.

Siang itu terik mentari memapar bumi Tuban. Tapi, di belakang Pasar Baru Tuban, serombongan orang terus mengalir menuju sebuah goa yang amat terkenal di daerah dengan sebutan seribu goa itu. Mereka adalah peziarah dari Makam Sunan Bonang. Mereka berduyun-duyun menyusuri lorong demi lorong Goa Akbar yang telah dibuka secara resmi sebagai obyek wisata pada 1998 itu.
Hingga kini, Goa Akbar sudah dikelola dengan baik oleh Dinas Pariwisata Kabupaten Tuban. Berbagai fasilitas untuk mengeksplorasi keunikan dan keindahan goa tersedia lengkap. Mungkin jauh dari perkiraan wisatawan tentang goa yang gelap dan berbau kotoran kelelawar. Di goa dengan lintasan sepanjang 1,2 kilometer itu, pengunjung akan mendapatkan suasana yang sangat berbeda.
Saat menuruni pintu goa, coba tengok ke atas, maka di situ akan didapati suasana layaknya memasuki atrium besar. Ruang dalam goa tampak kian menarik dengan dekorasi lampu hias. Sinar lampu itu membantu menampilkan sosok-sosok bebatuan stalagtit dan stalagmit yang mengagumkan. Sepanjang lintasan dalam goa, terdapat setidaknya tiga ruang besar semacam hall. Ruang besar ini kerap menjadi terminal pengunjung untuk santai sejenak.



Keunikan goa dan muatan sejarah yang terkandung di dalamnya, antara lain yang menarik wisatawan baik lokal maupun mancanegara untuk berkunjung ke tempat wisata ini. Menurut catatan Soekaton HM, Kepala UPTD Tempat Wisata Goa Akbar dan Bektiharjo Dinas Pariwisata Seni dan Budaya Kabupaten Tuban, kunjungan wisatawan mencapai lebih dari 200 ribu orang pada 2006 lalu. “Wisatawan asing yang datang ke sini seperti dari Kanada, India, Belanda, dan lain-lain,” tambahnya.

Legenda
Sekira 500 tahun lalu, Sunan Bonang sedang melakukan perjalanan. Ketika menemui goa ini, Kanjeng Sunan Bonang terpesona dan seketika berucap, “Allahu Akbar”. Konon, sejak itulah, goa yang terletak di tengah Kota Tuban itu disebut Goa Akbar. Versi lain diceritakan, karena sekitar goa banyak dijumpai pohon Abar. Masyarakat setempat kemudian menyebutnya Ngabar.
Berdasar buku yang dihimpun Dinas Pariwisata Seni dan Budaya Kabupaten Tuban, kata Ngabar berasal dari bahasa Jawa yang berarti latihan. Konon, goa ini pernah dijadikan tempat persembunyian untuk mengatur strategi dan latihan ilmu kanuragan prajurit Ronggolawe, yang ketika itu berencana mengadakan pemberontakan ke Kerajaan Majapahit. Pemberontakan itu disulut oleh ketidakpuasan Ronggolawe atas pelantikan Nambi menjadi Maha Patih Majapahit.
Karena seringnya dijadikan tempat latihan, goa dan daerah sekitarnya dijuluki Ngabar, yang kemudian seiring waktu menjadi nama dusun yaitu Dusun Ngabar, Desa Gedongombo, Kecamatan Semanding. Cerita mengenai asal usul ini memang berkembang bervariasi. Pastinya, kata Akbar itu kini dipergunakan Pemerintah Kabupaten Tuban sebagai slogannya. Akbar bermakna Aman, Kreatif, Bersih, Asri, dan Rapi.
Goa Akbar mengandung kisah keagamaan sangat tinggi. Diceritakan, konon Sunan Bonang mengetahui goa ini karena diajak Sunan Kalijogo yang saat itu masih bernama RM Sahid. Bila disimak cerita pada relief di dinding sebelah utara pintu masuk, digambarkan RM Sahid yang adalah putra Bupati Tuban ke-9 yang bernama Wilotikto diusir dari rumah karena bertabiat kurang baik. Karenanya ia dipanggil dengan nama Brandal Lokojoyo. Pertemuannya dengan Sunan Bonang di Kali Sambung, Brandal Lokojoyo mengatakan kalau rumahnya di goa.
Alkisah, setelah ia terusir, RM Sahid memang tinggal di Goa Akbar. Perjalanan spiritual RM Sahid alias Brandal Lokojoyo kemudian menemui jalan kebenaran, dan terakhir menjadi Sunan Kalijogo. Beberapa tempat di Goa Akbar akhirnya dipercaya sebagai tempat perjalanan religius Sunan Kalijogo dan Sunan Bonang, di samping wali-wali yang lain.

Jejak Wali
Legenda yang terkandung dalam goa itu pun berpadu dengan kepercayaan dan perkiraan sejarah. Lihat, misalnya, dua buah batu di mushala sebelum pintu keluar goa. Jika diamati, kedua patung tersebut mirip dengan bentuk singa. "Dipercaya, kedua singa ini diperintahkan untuk menjaga goa," kata Soekaton. Di depan musholla terdapat ruang yang sangat luas yang dikenal sebagai Paseban Para Wali, atau tempat para wali menyampaikan fatwa dan ajaran agama. Paseban itu mirip ruang pertemuan. Stalagtit dan stalagmit juga seakan menjadi hiasan ruangan. Itu ditambah dengan adanya batu-batu besar yang terletak di bagian depan ruang, seakan menjadi podium bagi pembicara.
Ada pula batu yang disebut Gamping Watu Nogo yang dipercaya sebagai tempat pertapaan Sunan Kalijogo. Di bawah batu yang menjorok ke depan itu terdapat kolam. Diceritakan, kolam itu kadang bergolak dan mengepulkan asap, seakan ada dua ekor naga di dalamnya. Di pojok mushala juga terdapat sebuah ceruk yang diberi lampu berwarna merah.
Menurut cerita, selain tapak Sunan Kalijogo dan Sunan Bonang, ada Sunan Bejagung yang juga pernah bertapa di goa ini. Dalam cerita rakyat, Sunan Bejagung awalnya adalah petani biasa yang suka menanam jagung. Namun, ia memiliki kesaktian lebih. Setiap siang ia tak nampak dalam goa. Pada saat itu ia telah berada di Mekah untuk membantu menyalakan pelita.
Goa ini juga memiliki sumber air alami. Sumber air yang diberi nama Kedung Tirta Agung tersebut, menurutnya, airnya baru mengalir deras selepas tahun 1999. Di malam takbiran itu, Bupati Tuban mengadakan syukuran di dekat sumber mata air sambil membawa ayam hitam. Tiba-tiba air mengucur deras. Hingga kini, air tersebut diyakini memiliki khasiat, baik untuk kesehatan maupun untuk kekuatan.



Eksplorasi
Sebenarnya masih banyak lorong yang tampaknya belum dieksplorasi di Goa Akbar. Melihat struktur tanah di kawasan ini banyak mengandung kapur, tidak heran jika goa-goa di Tuban memiliki stalagtit dan stalagmit yang berbeda. Belum dieksplorasinya lorong-lorong di Goa Akbar ini juga menyisakan kisah yang perlu dieksplorasi untuk memperoleh keunikannya.
Lorong Hawan Samudra, misalnya, dipercaya tembus hingga Pantai Utara Tuban. Menurut cerita, lorong itulah yang digunakan untuk mengejar musuh kerajaan yang lari ke laut. Sementara lorong lainnya berujung pada Goa Ngerong di Kecamatan Rengel. Legenda ini bisa jadi memiliki nilai kebenaran, mengingat Prasasti Malenga dan Prasasti Banjaran yang bertahun 1052 ditemukan di Rengel. Karena itu pula Rengel dianggap sempat menjadi pusat pemerintahan saat itu.
Lorong lainnya juga dianggap bersambungan dengan sumber air Bektiharjo. Berdasar buku 700 Tahun Tuban yang disusun R Soeparmo, tempat ini merupakan salah satu tempat asal usul Tuban. Cerita berujung ketika Raden Arya Dandang Miring membuka hutan bernama Papringan lalu keluar air, sehingga disebut Tuban (Metu Banyu: Jawa).
Secara arkeologis, Goa Akbar diperkirakan sudah berusia lebih dari 20 juta tahun. Perkiraan ini didasarkan pada temuan fosil binatang laut seperti kerang di batu-batu dan dinding goa. Temuan itu kian menguatkan posisi Goa Akbar sebagai goa fosil. Hingga kini, fosil-fosil di batu tersebut dapat disaksikan dengan jelas.
Sebagai tempat wisata, pengelolaan Goa Akbar cukup serius. Mulai dari pintu masuk hingga jalur menyusuri lorong, sudah dilengkapi bermacam fasilitas untuk kenyamanan pengunjung. Sepanjang jalan dalam goa disediakan jalur dari paving block yang dibatasi oleh pagar steinless. Selain pagar pembatas, di sana sini tertempel larangan balik arah, agar pengunjung tidak sampai kebablasan tanpa memperhitungkan keselamatan. Di berbagai tempat dipasang lampu warna-warni sehingga kian membuat suasana nyaman.
Berbagai cerita yang terkandung di dalamnya, menjadikan tempat ini sangat penting. Selain menarik sebagai tempat wisata, Goa Akbar juga memiliki arti penting bagi ilmu pengetahuan, baik sejarah, arkeologi, maupun agama. Namun, kondisi goa ini mesti dijaga bersama. Jangan sampai bernasib kurang bagus seperti banyak terjadi di tempat-tempat bersejarah lain. –hm
------oOo------

Ruang dan Ornamen Batu di Goa Akbar
Seiring beragamnya cerita yang menyelimuti, Goa Akbar memiliki banyak ruang dan ornamen batu dalam berbagai bentuk, yang memiliki jalinan kisah tersendiri. Kisah itu berkaitan dengan sejarah wali-wali dalam melakukan syiar agama di desa-desa hingga kawasan pantura (pantai utara).
• Pertapaan Andong Tumapak. Tempat ini dipercaya sebagai tempat pertapaan Sunan Bejagung (Sayyid Abdullah Asyari), penyebar agama Islam di Jawa sebelum Wali Songo. Konon, kanjeng Sunan Bejagung bertapa untuk memenuhi permintaan Bupati Tuban kala itu, untuk memohon petunjuk pada Tuhan dalam menghadapi serangan musuh.
• Sendang Tirta Merta berupa kolam air kehidupan yang bermakna kehadiran goa ini diharapkan bisa menjadi lapangan kehidupan masyarakat Tuban dan bisa meningkatkan kesejahteraan dan lapangan kerja.
• Lorong Hawan Samodra. Berdasar penelitian, di dalam lorong tersebut pernah ditemukan tanah bercampur ijuk, sehingga diduga dulu dipakai tempat penyimpanan harta karun.
• Ruangan Songgo Langit. Artinya dari sudur ruangan ini kita bisa melihat langit secara bebas melalui lobang angin.
• Sela Sardula berupa batu yang bentuknya mirip macan.
• Lorong Landak yaitu lorong tempat persembunyian atau sarang landak.
• Pendopo Watu Datar yang dulunya merupakan Goa Lawa (sarang kelelawar).
• Prapen Empu Supa atau batu iring dengan batu perapian untuk membuat senjata milik Empu Supa di Desa Dermawuharjo Kecamatan Semanding.
• Pasepen Kori Sinandhi yang berarti pintu atau tempat untuk semadi, bertapa, atau bersembunyi.
• Gawang Marabahaya. Bila masuk ke lorong sejauh lebih kurang 20 meter akan menemui sumur sedalam 14 meter yang di dalamnya terdapat sungai bawah tanah. Bila ditelusuri, sungai itu akan tembus ke Gua Ngerong, Rengel. Muaranya bisa dilihat di pantai Boom.
• Pendopo Sela Gumelar. Ruangan ini dulu beralaskan batu-batu yang tersebar secara rapi bagaikan tertata. Pernah digunakan sebagai tempat pertemuan atau istirahat para isteri wali sambil menunggu para wali rapat di ruangan lain.
• Pasunggingan Banyu Langse yaitu bentuk batu seperti aliran air. Nama ini diambil dari Pemandian Sungai di Boto Kecamatan Semanding.
• Pertapaan Sela Kumbang sebagai tempat pertapaan yang terletak di atas tanah.
• Gampeng Watu Naga. Bentuk batu-batu ruangan itu bila digabungkan akan mirip dengan ular naga.
• Sela Turangga yaitu batu mirip kuda. Lorongnya bisa tembus ke Rumah Sakit Medika Mulia.
• Muhamandhapa Sri Manganti. Ruangan seperti pendopo besar dan luas, yang pernah digunakan sebagai tempat rapat, sidang, pertemuan para Wali Songo.
• Watu Gong atau sebuah batu yang bila dipukul bisa menghasilkan bunyi seperti gong.
• Pasujudan Baitul Akbar, yaitu tempat ibadah bagi umat Islam. Tempat ini pernah digunakan oleh Sunan Bonang untuk melaksanakan shalat.

Jumat, 28 Agustus 2009

Ikan Keramat & Kalelawar di Gua Ngerong - Tuban


Tuban known for caves region. There are at least 56 caves. Four of them seen in this pictures. Cave of Putri Ayu in Montong region, Cave of Ngerong in Rengel region one of the unique cave, Cave Akbar, in the midle of Tuban city and Maharani in Tanjung Kodok, that probably within Lamongan region.
===================================





Gua Ngerong terdapat di kec. Rengel, sesuai namanya adalah lubang dgn panjang 1.8 km. Potensi nya bisa mencapai 30 km.Gua ini adalah gua air, yg harus diarungi dgn perahu karet. Pada kedalaman 1000 meter ditemui air terjun didalam gua.



Terdapat kalelawar yg hidup sampai kedalaman 700 meter. Jutaan kalelawar terlihat spektakular saat beriring keluar pada jam 5 sore. Juga didapati Ikan Bader Bang (Puntius Javanicus),









Ikan yg dimitoskan sebagai keramat. barang siapa memakan atau membawa pulang, akan dijangkiti penyakit yg tak kunjung sembuh. Alhasil ada ribuan ekor ikan bader dgn ukuran sebesar paha yg bebas berenang hilir mudik tanpa ada yg berani menganggu.
Mitos lainnya barang siapa masuk gua maka dia harus keluar 12 jam berikutnya. Kedua mitos ini membantu gua dan hewan2nya tetap lestari sampai saat ini.Hewan lainnya adalah kura2 putih dgn diamater 1 meter. Juga ikan tanpa mata -buta (khas hewan gua), yg mulai didapati di kedalaman 1000 meter.





Gua2 lainnya di Tuban
Gua Putri Ayu termasuk gua besar dgn tinggi sekitar 10 meter dan panjang 800 meter. Terdiri dari 9 kamar atau lorong yg besar (baru dibuka 6 saja). Ornamen gua nya masih cukup bagus dan ada beberapa bagian yg terus tumbuh.


Air yg keluar dari gua sangat jernih dan dipakai utk keperluan warga. debitnya konstan sekalipun di musim kemarau spt sekarang ini. Saat masuk Ramadhan, penduduk sekitar berbondong2 mandi dan mengisi bekal air minum.

Uniknya air deras ini datang dari dalam gua. Tuhan Maha Pemurah, spt halnya Zam Zam, air di Tuban ini tiba2 saja keluar dari dalam bumi padahal diatasnya adalah dataran dan pegunungan yg terlihat begitu gersang.

Seperti Pacitan, kabupaten Tuban juga menyimpan sejuta pesona keindahan perut bumi. Tidak kurang terdapat 56 gua yg sudah terdata. Dua diantaranya ada di dlm foto ini .Gua Ayu adalah gua yg baru dibuka dlm 2 tahun terakhir, terletak di kawasan hutan jati perhutani di Kec. Montong. Jalan aspal mulus, dgn 3km terakhir jalan makadam.

Selasa, 19 Mei 2009

Sejarah Kota Tuban


Kabupaten Tuban adalah sebuah kabupaten di Jawa Timur, Indonesia. Ibu kotanya berada di kota Tuban. Luasnya adalah 1.904,70 km² dan panjang pantai mencapai 65 km.

Kota Tuban memiliki asal usul dalam beberapa versi yaitu yang pertama disebut sebagai TUBAN yang berarti waTU tiBAN (batu yang jatuh dari langit) yaitu batu pusaka yang dibawa oleh sepasang burung dari Majapahit menuju Demak, dan ketika batu tersebut sampai di atas Kota Tuban, batu tersebut jatuh dan dinamakan Tuban. Adapun versi yang kedua yaitu berarti meTU BANyu berarti keluar air, yaitu peristiwa ketika Raden Dandang Wacana (Kyai Gede Papringan) atau Bupati Pertama Tuban yang membuka Hutan Papringan dan anehnya, ketika pembukaan hutan tersebut keluar air yang sangat deras. Hal ini juga berkaitan dengan adanya sumur tua yang dangkal tapi airnya melimpah, dan anehnya sumur tersebut dekat sekali dengan pantai tapi airnya sangat tawar. Ada juga versi ketiga yaitu TUBAN berasal dari kata ‘Tubo’ atau Racun yang artinya sama dengan nama kecamatan di Tuban yaitu Jenu.

Pemerintahan Kabupaten Tuban ada sejak tahun 1293 atau sejak pemerintahan Kerajaan Majapahit. Pusat pemerintahannya dulu adalah di Desa Prunggahan Kulon kecamatan Semanding dan kota Tuban yang sekarang dulunya adalah Pelabuhan karena dulu Tuban merupakan armada Laut yang sangat kuat. Asal nama Tuban sudah ada sejak pemerintahan Bupati Pertama yakni Raden Dandang Wacana. Namun, pencetusan tanggal harijadi Tuban berdasarkan peringatan diangkatnya Raden Haryo Ronggolawe pada 12 November 1293. Tuban dulunya adalah tempat yang paling penting dalam masa Kerajaan Majapahit karena memiliki armada laut yang sangat kuat.

Perjuangan masyarakat Tuban dalam melawan penjajah sangatlah gigih. Dengan bersenjatakan Bambu Runcing, mereka melawan penjajah. Namun, strategi masyarakat Tuban adalah dengan menggunakan Tuak, maksudnya, Penjajah disuguhi minuman memabukkan tersebut. Ketika mereka sudah tidak sadarkan diri, mereka menyerang dan menghancurkan pos dan benteng pertahanan penjajah. Seiring kemajuan zaman, Tuban sekarang tidak sepenting dulu. Tuban sekarang sudah mulai dilupakan oleh masyarakat Indonesia, padahal Tuban mengandung nilai sejarah tinggi dan besar peran serta perjuangan masyarakat Tuban dalam melawan penjajah itu sudah mulai luntur dalam dunia pemerintahan Indonesia saat ini.


[ taken from : www.wikipedia.com ]

Entry Filed under: Around Tuban. Tags: Jawa Timur, Ronggolawe, Sejarah Tuban, Tuban.